Gel Kontrasepsi, Cara KB dengan Dioleskan ke Kulit

Selama ini pil KB dikenal sebagai kontrasepsi yang paling mudah digunakan. Tapi sayangnya tak semua wanita bisa menggunakan pil KB. Dengan gel kontrasepsi, cara KB jadi lebih mudah karena cukup dioleskan ke kulit.

Berbeda dengan kontrasepsi oral atau pil KB yang diminum, gel kontrasepsi menawarkan cara yang lebih mudah dan nyaman bagi wanita dengan penggunaannya yang cukup dioleskan pada kulit.

Cukup digunakan sekali dalam satu hari, gel kontrasepsi dapat memberikan hormon untuk mencegah kehamilan dengan cara kerja yang sama seperti kontrasepsi oral.

'Studi awal menunjukkan bahwa gel ini efektif dan ditoleransi dengan baik, dengan tidak ada efek samping khas yang berhubungan dengan pil KB, seperti berat badan dan jerawat,' jelas Dr Ruth Merkatz dari pusat penelitian nirlaba Population Council di New York, seperti dilansir BBC News, Selasa (26/10/2010).

Dr Merkatz menjelaskan, gel kontrasepsi yang diberi nama Gel Nestorone ini sedang dikembangkan oleh perusahaan obat Antares Pharma.

'Kami berharap dapat membawa produk ini ke pasaran jika hasil uji coba klinis terus menunjukkan hasil positif,' kata peneliti pada American Society for Reproductive Medicine.

Menurut Dr Merkatz, gel kontrasepsi ini dapat digunakan dengan mengoleskan pada perut, paha, lenga atau bahu dan dapat diserap dengan cepat tanpa residu (ampah).

'Ini juga cocok digunakan untuk wanita yang sedang menyusui, tidak seperti pil KB kombinasi yang dapat mengganggu pasokan ASI,' jelas Dr Merkatz lebih lanjut.

Studi terbaru ini telah diuji secara klinis pada 18 wanita usia 20-an tahun sampai 30-an. Pada studi ini ditemukan dosis optimun gel adalah 3 mg sehari. Dan dalam waktu 7 bulan, tidak ada satu pun partisipan yang melaporkan kehamilan.

'Studi hormon menunjukkan bahwa gel dapat menekan produksi telur pada ovarium (indung telur). Dari studi ini, kami menemukan hasil yang efektif. Dan meski masih dalam tahap awal, tapi perkembangannya nanti dapat membantu kontrasepsi wanita menjadi lebih baik,' ungkap Dr Merkatz