DEPOK, KOMPAS.com - Beberapa studi menunjukan, penggunaan antibiotik cenderung berlebihan dan umumnya diberikan pada penyakit atau kondisi yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotika.
Antibiotik adalah obat yang kuat dan telah menyelamatkan banyak jiwa. Tapi yang penting juga diketahui adalah, antibiotik bukanlah obat yang bisa menyembuhkan semua macam penyakit. Antibiotik hanya dapat menyembuhkan penyakit akibat infeksi bakteri.
'Gunakan antibiotik secara tepat untuk mencegah kekebalan kuman,' ujar Prof. Iwan Prahasto, Guru Besar Farmakolgi Universitas Gajah Mada dalam acara workshop dan media briefing mengenai pola peresepan obat di Indonesia, khususnya antibiotik, Sabtu (26/3) di kampus UI Depok Jawa Barat.
Di masyarakat, antibiotik kerap kali dibeli tanpa resep dan penjelasan. Masyarakat kerap membeli antibiotik dengan resep yang pernah didapat sebelumnya, mengkonsumsi antibiotik untuk batuk, demam dan pilek.
Lebih lanjut, Iwan menjelaskan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Akibat yang bisa ditimbulkan adalah bakteri bermutasi sehingga ia menjadi tahan (kebal) terhadap antibiotik. Bakteri yang resisten atau kebal ini sulit dilemahkan oleh antibiotik biasa.
Iwan mengakui, informasi mengenai antibiotik sejauh ini belum merata kepada tenaga medis. 'Tidak tersedianya cukup informasi mengenai obat yang bersifat netral juga menjadi salah satu masalah besar bagi praktisi medik. Sementara, informasi yang disampaikan secara langsung oleh industri farmasi melalui dutanya justru sering misleading atau menyesatkan,' tambahnya.
Dr. Sharad Adhikary, perwakilan dari WHO, menegaskan, pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang kebal antibiotik biasanya akan menjadi amat mahal. Hal ini karena yang dibutuhkan adalah antibiotik yang lebih mutahir dengan kemungkinan efek samping obat lebih besar, serta lama pengobatan lebih panjang.
Menurut Sharad, masalah kekebalan terhadap antibiotik bukanlah masalah baru, tapi makin lama makin mengkhawatirkan dan membahayakan. 'Kita dapat kembali ke era sebelum antibiotik ditemukan,' tandasnya.
Kenapa bakteri bisa menjadi kebal terhadap antibiotik? Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh. Tapi bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang biak.
Penggunaan antibiotik yang berulang-ulang dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bakteri yang kebal terhadap obat. Jadi, bagi anda yang mengalami batuk, flu dan demam tidak perlu menkonsumsi antibiotik. Karena, dengan sering meminum antibiotik tidak akan membuat anda lebih sehat, dan tidak akan menjadikan anda lebih baik. (Kompas.com)
Antibiotik adalah obat yang kuat dan telah menyelamatkan banyak jiwa. Tapi yang penting juga diketahui adalah, antibiotik bukanlah obat yang bisa menyembuhkan semua macam penyakit. Antibiotik hanya dapat menyembuhkan penyakit akibat infeksi bakteri.
'Gunakan antibiotik secara tepat untuk mencegah kekebalan kuman,' ujar Prof. Iwan Prahasto, Guru Besar Farmakolgi Universitas Gajah Mada dalam acara workshop dan media briefing mengenai pola peresepan obat di Indonesia, khususnya antibiotik, Sabtu (26/3) di kampus UI Depok Jawa Barat.
Di masyarakat, antibiotik kerap kali dibeli tanpa resep dan penjelasan. Masyarakat kerap membeli antibiotik dengan resep yang pernah didapat sebelumnya, mengkonsumsi antibiotik untuk batuk, demam dan pilek.
Lebih lanjut, Iwan menjelaskan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Akibat yang bisa ditimbulkan adalah bakteri bermutasi sehingga ia menjadi tahan (kebal) terhadap antibiotik. Bakteri yang resisten atau kebal ini sulit dilemahkan oleh antibiotik biasa.
Iwan mengakui, informasi mengenai antibiotik sejauh ini belum merata kepada tenaga medis. 'Tidak tersedianya cukup informasi mengenai obat yang bersifat netral juga menjadi salah satu masalah besar bagi praktisi medik. Sementara, informasi yang disampaikan secara langsung oleh industri farmasi melalui dutanya justru sering misleading atau menyesatkan,' tambahnya.
Dr. Sharad Adhikary, perwakilan dari WHO, menegaskan, pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang kebal antibiotik biasanya akan menjadi amat mahal. Hal ini karena yang dibutuhkan adalah antibiotik yang lebih mutahir dengan kemungkinan efek samping obat lebih besar, serta lama pengobatan lebih panjang.
Menurut Sharad, masalah kekebalan terhadap antibiotik bukanlah masalah baru, tapi makin lama makin mengkhawatirkan dan membahayakan. 'Kita dapat kembali ke era sebelum antibiotik ditemukan,' tandasnya.
Kenapa bakteri bisa menjadi kebal terhadap antibiotik? Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh. Tapi bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang biak.
Penggunaan antibiotik yang berulang-ulang dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bakteri yang kebal terhadap obat. Jadi, bagi anda yang mengalami batuk, flu dan demam tidak perlu menkonsumsi antibiotik. Karena, dengan sering meminum antibiotik tidak akan membuat anda lebih sehat, dan tidak akan menjadikan anda lebih baik. (Kompas.com)
0 komentar:
Post a Comment
Coment dengan bahasa yang baik dan sopan yah, jangan lupa kirimkan kritik dan saran-nya, terima kasih...
**Salam Blogger**