Tuesday, February 15, 2011

Damai dalam Dekapan Alam di Luwu Timur


Detail Berita
Danau Matano (Foto: abumochas.wordpress)
DI balik hutan lebat dan sunyinya pegunungan yang menjulang, Luwu Timur memendam kekayaan dan kemegahan alam yang memukau. Anda akan merasa damai saat berada dalam "dekapan”-nya.

Anugerah alam yang kaya menjadi keunggulan utama Luwu Timur yang ditawarkan kepada setiap wisatawan. Di sini, hampir semua lokasi wisata masih sangat alami alias belum tersentuh fitur-fitur modern.

Namun demikian, pesona alam perawan Luwu Timur tetap akan memperkaya dan menyadarkan setiap pelancong akan kemegahan alam Indonesia yang seutuhnya.

Terdalam di Asia Tenggara

Selama ini, kalau bicara soal danau di Indonesia, tentu tak bisa jauh dari Danau Toba di Sumatera Utara. Maklum, kemegahan dan pesona alam Toba memang masih menjadi salah satu ikon di Nusantara.

Tapi, persepsi itu akan sedikit kabur ketika Anda menginjakkan kaki di Kota Sorowako. Setelah sedikit meluangkan waktu berputar-putar di kota mungil ini, Anda akan menemukan sebuah kolam raksasa yang tak kalah dengan Toba, yakni Danau Matano.

Danau Matano adalah salah satu danau istimewa. Tidak seperti danau lain di Indonesia, air yang menggenangi Danau Matano bukan berasal dari aliran sungai-sungai, melainkan dari ribuan mata air yang seolah tak pernah henti mencurahkan airnya. Dan segi luas, danau yang hanya sekitar 130 km2 ini memang tak bisa menyaingi Danau Toba. Tapi soal kedalaman, tercatat kedalaman danau ini mencapai 594 meter.

Hal inilah yang kemudian menobatkan danau berumur 4 juta tahun ini sebagai danau terdalam di Asia Tenggara. Sedangkan di dunia, Danau Matano menduduki peringkat kedelapan.

Tak hanva itu, dasar danaunya yang lebih rendah dari permukaan laut merupakan gejala alam yang langka di dunia. Kondisi ini hanya dijumpai di Laut Mati, Lembah Jordan, Mesir. Danau Matano juga merupakan sebuah sistem danau. Artinya, danau tidak sendiri tapi "ditemani" dua danau lainnya, yaitu Danau Towuti dan Mahalona.

Di tengah danau yang tenang ini juga terdapat sejumlah pulau yang bisa disinggahi. Di bagian tenggara atau daerah Otuno dan Soluro misalnya, terdapat Pulau Nuha Langkai dan Nuha Le. Sedangkan di barat laut danau, bisa dijumpai Pulau Kucing.

Pantai-pantai berair tawar

Ada beberapa lokasi atau pantai untuk menikmati keelokan alam sekitar Danau Matano. Salah satunya Pantai Ide yang berada tak jauh dari pusat kota Sorowako. Pantai ini adalah lokasi yang paling banyak dikunjungi oleh mereka yang ingin mereguk indahnya alam di kawasan Matano.

Layaknya pantai wisata lain, di sini terdapat fasilitas untuk kenyamanan setiap pengunjung, seperti taman dan dermaga sepanjang sekitar 100 meter yang menjorok ke tengah hingga panggung hiburan.

Ingin lebih dekat dengan air danau yang jernih? Anda bisa menyusuri dermaga kayu sepanjang 100 meter. Pada hari libur atau perayaan tertentu, Pantai Ide juga menjadi arena pertunjukkan musik atau berbagai lomba water sport lainnya, seperti Matano Lake Open Water Swimming Championship, lomba renang rakyat atau lomba dayung perahu tradisional.

Danau ini bisa dikunjungi setiap waktu dan tanpa dipungut biaya sepeserpun. Sore hari adalah waktu kunjungan yang tepat. Selain tidak terlalu panas, Anda juga dapat menemukan suasana senja yang dramatis.

Pilihan pantai lainnya adalah Pantai Salonsa. Pantai ini juga kerap disebut Pantai Kupu-kupu. Sebab bila datang musimnya, taman asri di tepian danau yang dilindungi pepohonan akan dihiasi ulat yang bermetamorfosis.

Suasana Pantai Salonsa sendiri terasa lebih "eksklusif” karena letaknya yang ada di dalam di kawasan perumahan pejabat teras Inco. Di sinilah biasanya para ekspatriat dan keluarganya menghabiskan waktu luang dengan berenang atau bersantai di taman yang tenang dan sejuk, tanpa harus terganggu oleh pengunjung lainnya.

Sementara, meski kondisinya tidak indah pantai lain, Pantai Old Camp yang berada di dekat kompleks perumahan tertua pekerja tambang ini bisa jadi alternatif. Bagi para pekerja tambang senior, pantai ini menyimpan kenangan manis selama bertugas di wilayah ini.

Danau Matano mata air abadi

Menikmati pesona Danau Matano tak lengkap kalau hanya dari tepi. Jauh di seberang, ada sebuah tempat menarik yang akan membawa Anda memahami lebih dalam tentang danau ini.

Dengan menggunakan katinting alias perahu kayu tradisional atau speedboat sewaan, Anda bisa menuju sebuah desa mungil. Tak lebih dari 1 jam, Anda bakal tiba di desa istimewa yang namanya juga disematkan untuk danau ini, yaitu Desa Matano.

Di sinilah terdapat mata air yang dipercaya sebagai sumber air melimpah bagi Danau Matano dan danau lainnya. Airnya sangat jernih dan dijaga kemurniannya sampai sekarang. Oleh penduduk setempat, mata air ini telah dibentuk seperti sebuah kolam masih dianogap sumber air yang sangat penting.

Ada sebuah tradisi unik yang dilakukan orang saat berada di mata air ini. Banyak orang yang mengunjungi kolam ini mengucapkan "Bure...Bure...Bure...". Hal itu dipercaya akan membuat jumlah gelembung air yang tercipta di mata air abadi ini semakin banyak sehingga akan menambah volume air danau.

Kebun Raya Sorowako

Berlokasi di kawasan pembibitan yang dikelola oleh PT Inco, Kebun Raya Sorowako (KRS) menjadi tujuan berikutnya. Tempat ini menyimpan beragam flora khas Luwu Timur dan sekitarnya. Tempat ini juga merupakan pusat pembibitan aneka jenis tanaman khas Luwu yang nantinya akan ditanam kembali di lokasi penambangan agar kawasan yang tadinya rusak akan kembali pulih seperti layaknya sebelum ditambang.

KRS memiliki desain dan dilengkapi fasilitas pendukung modern. Tempat ini mengoleksi tak kurang dari 48 jenis flora. Semuanya adalah tanaman lokal seperti Kayu hitam atau Eboni dan Maladewa.

Salah satu koleksi yang paling unik adalah anggrek langka yang lidah dan kelopaknya bewarna kuning terang. Areal ini masih akan terus dilengkapi dengun fasilitas lain seperti koleksi tanaman lokal, galeri, taman rekreasi, dan taman kupu-kupu. Tempat ini sengaja disempurnakan sebagai lokasi liburan yang menarik, sekaligus bernilai edukatif.

Terbesar di Bumi Luwu

Dari Sorowako, arahkan perjalanan Anda menuju Wawondula yang berjarak sekitar 20 km. Pada sebuah pertigaan, belok ke kiri sampai sebuah pasar tradisional. Dari sana, Anda bisa menyusuri jalan aspal hingga bibir Danau Towuti.

Danau Towuti menawarkan bentangan alam natural yang patut disusuri keindahannya. Gugusan pegunungan hijau di seberang sana menjadi pelindung setia danau yang telah berumur satu juta tahun ini. Dermaga dan perahu nelayan yang mengapung di permukaan airnya yang tenang ikut menambah anggunnya danau ini.

Bagi masyarakat sekelilingnya, Danau Towuti memiliki arti tersendiri. Selain menjadi sumber kehidupan warga yang kebanyakan hidup sebagai petani dan nelayan, danau ini juga berfungsi sebagai "jalan" bagi warga yang tinggal di seberang danau serta "rumah" yang nyaman bagi beragam ikan dan satwa lainnya. Air Danau Towuti yang kemudian mengaliri Sungai Larona ini merupakan sumber energi utama untuk menjalankan dua sarana PLTA yang ada di Luwu Timur.

Bila penasaran ingin menjelajahi danau ini, Anda dapat menyewa perahu yang tersedia dan singgah di sebuah pulau yang ada di tengah danau ini. Tapi perlu diingat, sang pemilik perahu kebanyakan hanya bersedia melayani trip sebelum jam 15.00 karena adanya mitos yang masih berlaku di kawasan ini.

Air terjun bertingkat air terjun bertingkat

Sungai Tumbura yang mengaliri celah-celah sempit di lereng Gunung Lembeonga rupanya menyimpan daya tarik tersendiri. Berada sekitar 30 km dari Sorowako dan tersembunyi di antara lebatnya pepohonan yang menyelimuti kawasan ini, terdapat sebuah air terjun menawan bernama Meruruno.

Juga dikenal Air terjun Matabuntu Wasuponda, air terjun ini memiliki bentuk yang unik. Air terjun ini bertingkat-tingkat, mirip seperti air terjun Moramo di Kendari. Meski jumlah tingkatan sebenarnya mencapai puluhan, hanya ada sekitar 6 undakan yang paling tinggi.

Air terjun ini akan semakin indah bila debit air sungai ini tidak dalam keadaan kering. Lokasi ini pun menjadi salah satu lokasi favorit para karyawan tambang untuk menghabiskan waktu liburan dan ramai dikunjungi pada saat weekend.
Untuk mencapai air terjun ini memang belum bisa dikatakan mudah dan menggunakan jasa pemandu, nampaknya harus dipertimbangkan. Dari Sorowako, Anda harus mencapai Wasuponda, kemudian mengikuti jalan desa berbatu, menyusuri perkebunan dan persawahan.

Selain kondisi jalan yang masih bergelombang di sejumlah tempat, sign untuk menuju air terjun ini juga belum tersedia. Dari perhentian kendaraan terakhir, Anda bisa mengikuti jalan setapak menembus hutan dan agak mendaki.

Menurut pengelola, jalan dan tangga untuk menuju air terjun ini akan ditingkatkan agar pengunjung bisa lebih merasa nyaman untuk menjangkaunya. Namun demikian, semua itu akan terbayar saat mata menyaksikan air terjun unik ini.

Pantai Batu Menggoro pesona di ujung teluk

Sebelumnya, Anda mungkin sudah menemukan pantai berair tawar. Namun, bila Anda ingin menikmati suasana pantai yang sesungguhnya alias pantai berair asin, maka Luwu Timur juga punya yang namanya Pantai Batu Menggoro, tepatnya di Lampia, 12 km di sebelah barat Malili.

Dari Sorowako Anda harus menuju Kota Malili. Kemudian, arahkan perjalanan menuju perbatasan Sulawesi Tenggara melintasi jembatan yang melintang di atas Sungai Larona. Setelah beberapa saat lamanya, jalan akan mendatar dengan pantai di sebelah kanan jalan.

Pantai yang menghadap Teluk Bone ini akan banyak dijumpai batu karang berukuran besar yang mengeluarkan suara seperti orang mendengkur saat diterpa ombak. Suasana pantai Batu Menggoro memang belumlah "sah" untuk dikatakan sebagai pantai wisata karena suasananya yang masih serba natural.

Tak ada tanda-tanda penunjuk nama pantai, biaya retribusi, apalagi resto, hotel, atau resort seperti pantai wisata lainnya. Akan tetapi, pantai ini telah menjadi tempat "pelarian" favorit karyawan penrsahaan tambang saat ingin berlibur di pantai yang sesungguhnya.

Di samping suasana pantai yang sunyi plus deburan ombak yang menghanyutkan jiwa, kawasan ini juga menyuguhkan lansekap yang tak kalah menawan. Namun untuk mendapatkannya, Anda harus melanjutkan perjalanan ke garis perbatasan Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Selama menyusuri jalan aspal berliku dan mendaki tebing pantai yang terjal, lautan berlatar daratan dan gugusan pegunungan hijau akan menyergap mata. Inilah "bonus" menarik yang bakal didapat dari rangkaian perjalanan yang sedikit melelahkan itu. (ftr)
(uky)
Okezone

0 komentar:

Post a Comment

Coment dengan bahasa yang baik dan sopan yah, jangan lupa kirimkan kritik dan saran-nya, terima kasih...

**Salam Blogger**

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons