Komunitas Jawa di Bangkok (Foto: Melayuonline.com)
JIKA Anda tengah berkunjung ke Bangkok, sempatkan ke kampung masjid Jawa. Terletak di daerah Sathorn, kampung ini dapat Anda tempuh dengan naik BTS dari National Stadium dengan memilih Silom line. Jika memang perjalanan Anda menggunakan BTS Sukumvit line Anda bisa pindah melalui interchange station di Siam Chit.
Belilah tiket ke Surasak untuk single trip. Dari Surasak Station, Anda tinggal menuruni tangga lalu berjalan ke arah soi atau gang pertama di sebelah kiri. Sampailah Anda di perkampungan orang-orang keturunan Jawa di Bangkok.
Asal-usul komunitas Jawa di Bangkok
Pada pertengahan abad ke-19, banyak sekali orang-orang Jawa yang dijadikan romusho oleh Jepang. Mereka dipaksa untuk melakukan kerja rodi. Mereka membangun jembatan, jalan, dan rel kereta api dan lain-lain. Mereka dipaksa kerja siang malam tanpa upah, bahkan makan dan minum pun hanya sekadarnya saja.
Tidak hanya di negaranya atau di daerahnya sendiri, mereka juga dikirim ke pulau lain bahkan ke negara lain, sehingga tak heran bahwa sekarang ada beberapa komunitas Jawa di beberapa negara di belahan dunia ini, termasuk yang ada di Bangkok.
Masjid Jawa (Jawa Mosque)
Di kampung Jawa, terdapat masjid yang bernama Jawa Mosque, masjid ini terletak di jalan Rome Nam Khaeng 5. Seperti halnya di Jawa, di samping masjid ini terdapat pekuburan muslim yang luasnya sekitar 2 hektar.
Bedhug Jawa pun masih tetap ada, yang menurut keterangan dari pengurus masjid usianya sama dengan masjid yaitu sekitar satu abad. Namun tidak setiap waktu salat bedhug ini dibunyikan.
Pasalnya, sudah ada pengeras suara, dan mereka bebas mengumandangkan adzan ketika waktu salat. Masjid ini dilengkapi dengan jam digital yang akan berbunyi jika waktu salat tiba.
Di depan masjid terdapat madrasah, yang digunakan untuk belajar agama Islam. Bangunan berlantai dua dengan ruangan terbuka ini biasa diramaikan oleh kehadiran anak-anak dan remaja berusia tujuh hingga 16 tahun yang menimba ilmu dari pukul 19.00 hingga 21.00 malam tiap harinya.
Mirip dengan kehidupan kampung di sekitar masjid di Pulau Jawa. Di masjid ini sering digunakan sebagai tempat mengikrarkan syahadat sebagai tanda seseorang telah masuk Islam. Bahkah sekaligus sebagai tempat ijab qabul.
Di samping masjid, berseberangan dengan jalan, dapat ditemukan pekuburan muslim. Pekuburan ini telah menampung lebih dari 1.000 makam dengan luas sekira 2 hektare.
Kampung Masjid Jawa
Rumah-rumah di sekitar masjid Jawa ini pun persis perkampungan kauman yang ada di Pulau Jawa. Jalan sempit, lebar hanya sekira satu meter. Di kanan kirinya terdapat rumah yang berpagar cukup tinggi. Masing-masing rumah mempunyai halaman yang cukup asri dengan luas sekitar 10-20 meter persegi.
Tradisi Jawa
Di kampung masjid Jawa ini dihuni oleh keturunan Jawa yang ketiga. Walaupun hanya beberapa dari mereka yang masih bisa bahasa Jawa namun beberapa tradisi Jawa masih mereka lakukan. Misalnya tradisi kenduren, tiga hari, tujuh hari setelah ada yang meninggal masih mereka lakukan.
Jika Ramadan tiba, kegiatan pengajian disertai dengan takjilan diselenggarakan setiap hari. Jadi kalau bulan puasa sesekali Anda bisa berbuka di sini.
Jangan khawatir, beberapa makanan atau kue yang kental dengan tradisi Jawa, seperti kue cucur masih bisa ditemukan di sini. Juga es cao juga masih dijajakan oleh penjual makanan keliling di sekitar kampung. (nsa)
(uky)
Belilah tiket ke Surasak untuk single trip. Dari Surasak Station, Anda tinggal menuruni tangga lalu berjalan ke arah soi atau gang pertama di sebelah kiri. Sampailah Anda di perkampungan orang-orang keturunan Jawa di Bangkok.
Asal-usul komunitas Jawa di Bangkok
Pada pertengahan abad ke-19, banyak sekali orang-orang Jawa yang dijadikan romusho oleh Jepang. Mereka dipaksa untuk melakukan kerja rodi. Mereka membangun jembatan, jalan, dan rel kereta api dan lain-lain. Mereka dipaksa kerja siang malam tanpa upah, bahkan makan dan minum pun hanya sekadarnya saja.
Tidak hanya di negaranya atau di daerahnya sendiri, mereka juga dikirim ke pulau lain bahkan ke negara lain, sehingga tak heran bahwa sekarang ada beberapa komunitas Jawa di beberapa negara di belahan dunia ini, termasuk yang ada di Bangkok.
Masjid Jawa (Jawa Mosque)
Di kampung Jawa, terdapat masjid yang bernama Jawa Mosque, masjid ini terletak di jalan Rome Nam Khaeng 5. Seperti halnya di Jawa, di samping masjid ini terdapat pekuburan muslim yang luasnya sekitar 2 hektar.
Bedhug Jawa pun masih tetap ada, yang menurut keterangan dari pengurus masjid usianya sama dengan masjid yaitu sekitar satu abad. Namun tidak setiap waktu salat bedhug ini dibunyikan.
Pasalnya, sudah ada pengeras suara, dan mereka bebas mengumandangkan adzan ketika waktu salat. Masjid ini dilengkapi dengan jam digital yang akan berbunyi jika waktu salat tiba.
Di depan masjid terdapat madrasah, yang digunakan untuk belajar agama Islam. Bangunan berlantai dua dengan ruangan terbuka ini biasa diramaikan oleh kehadiran anak-anak dan remaja berusia tujuh hingga 16 tahun yang menimba ilmu dari pukul 19.00 hingga 21.00 malam tiap harinya.
Mirip dengan kehidupan kampung di sekitar masjid di Pulau Jawa. Di masjid ini sering digunakan sebagai tempat mengikrarkan syahadat sebagai tanda seseorang telah masuk Islam. Bahkah sekaligus sebagai tempat ijab qabul.
Di samping masjid, berseberangan dengan jalan, dapat ditemukan pekuburan muslim. Pekuburan ini telah menampung lebih dari 1.000 makam dengan luas sekira 2 hektare.
Kampung Masjid Jawa
Rumah-rumah di sekitar masjid Jawa ini pun persis perkampungan kauman yang ada di Pulau Jawa. Jalan sempit, lebar hanya sekira satu meter. Di kanan kirinya terdapat rumah yang berpagar cukup tinggi. Masing-masing rumah mempunyai halaman yang cukup asri dengan luas sekitar 10-20 meter persegi.
Tradisi Jawa
Di kampung masjid Jawa ini dihuni oleh keturunan Jawa yang ketiga. Walaupun hanya beberapa dari mereka yang masih bisa bahasa Jawa namun beberapa tradisi Jawa masih mereka lakukan. Misalnya tradisi kenduren, tiga hari, tujuh hari setelah ada yang meninggal masih mereka lakukan.
Jika Ramadan tiba, kegiatan pengajian disertai dengan takjilan diselenggarakan setiap hari. Jadi kalau bulan puasa sesekali Anda bisa berbuka di sini.
Jangan khawatir, beberapa makanan atau kue yang kental dengan tradisi Jawa, seperti kue cucur masih bisa ditemukan di sini. Juga es cao juga masih dijajakan oleh penjual makanan keliling di sekitar kampung. (nsa)
(uky)
0 komentar:
Post a Comment
Coment dengan bahasa yang baik dan sopan yah, jangan lupa kirimkan kritik dan saran-nya, terima kasih...
**Salam Blogger**