Fremantle, merupakan kota kecil di muara Swan River sekitar 19 kilometer di barat daya Perth.
Kota pelabuhan berjulukan Freo yang berpenduduk 26.000 jiwa itu kali pertama diduduki oleh The Swan River Colonists pada tahun 1829, dan dideklarasikan sebagai sebuah kota setahun kemudian dengan nama yang diambil dari nama Charles Fremantle, pejabat Inggris kala itu.
Di kawasan ini sangat menarik dikunjungi karena memiliki banyak peninggalan sejarah berupa 120 bangunan kuno yang masih terawat dan dilindungi sebagai warisan budaya. Kota tersebut semakin menarik karena topografinya yang berada di atas pebukitan kapur, yang oleh penduduk aslinya (masyarakat Nyungar) dinamakan Booyeembara. Adapun bagian lain yang terdiri atas tanah berpasir disebut sebagai Gardoo.
Banyak jalan bisa ditempuh bila kita hendak ke kota tersebut dan semuanya bisa diakses dengan cara yang nyaman. Bisa dengan kereta, bus, atau kapal feri. Yang paling cepat dan nyaman tentu saja perjalanan dengan kereta dari Perth Central Station dengan jarak tempuh kurang dari 30 menit. Lintasan kereta api yang dikelola oleh Transpert itu memiliki 5 jalur, dan salah satunya berujung di Fremantle.
Trayek yang umumnya disebut sebagai F-Line itu melintasi Subiaco yang terkenal dengan Sunday Market alias pasar hari Minggu. Maka kalau perjalanan kita ke Fremantle dilakukan pada hari Minggu, sayang sekali bila kita melewatkan objek yang ada di sekitar Subiaco Train Station.
Tempat itu tak hanya jadi kunjungan turis, tapi juga tujuan penduduk lokal untuk berbelanja keperluan rumah tangga, terutama buah dan sayuran. Hampir semua hasil bumi yang dijual tertulis ”buah dan sayur ini ditaman dari kebun di Western Australia”. Jadi, bisa dikatakan bahwa kecintaan penduduk terhadap produk lokal sangat tinggi. Di situ dapat pula dijumpai penjual makanan, pakaian, peralatan rumah tangga, barang seni, bunga potong, dan tukang pangkas rambut dengan biaya murah untuk kantong warga Australia, yakni sekitar 15 dolar Australia.
Kalau perut menagih diisi, atau sekadar ingin menyeruput secangkir kopi hangat, kita bisa mampir di pusat jajanan yang menawarkan berbagai makanan dan minuman dari berbagai penjuru dunia di bawah sinar mentari pagi. Ada makanan lokal, India, Italia, dan tak ketinggalan Chinese food.
Setelah puas berkeliling pasar, kita bisa melanjutkan perjalanan menuju Fremantle dengan kereta api. Tempat kunjungan pertama adalah The Round House, sebuah bangunan di Arthur Head pada puncak dan ujung High Street yang memiliki pemandangan sangat indah karena kita bisa memandang keindahan Kota Fremantle dari ketinggian dan Lautan Hindia di kejauhan.
Gedung yang lokasinya dekat dengan Fremantle Railway Station itu adalah bangunan permanen tertua di Australia Barat yang dibangun antara tahun 1830-1831 dan merupakan rancangan Henry Willey Reveley. Desain arsitekturalnya dibuat berdasarkan The Panopticon, yaitu tipe penjara sesuai rancangan Jeremy Bentham. Pada awalnya bangunan tersebut merupakan sebuah penjara bagi koloni masyarakat di sekitar Swan River yang memiliki 8 sel dan tempat tinggal penjaga penjara. Semua ruangan yang ada menghadap ke halaman tengah.
Sekitar tahun 1850, datanglah rombongan pertama narapidana dari Inggris yang terdiri dari 75 orang untuk mendukung pembentukan koloni (masyarakat) yang lebih besar. Pada saat itu, sudah jelas bahwa bangunan The Round House tidak mampu lagi untuk menampung mereka. Karena itu, dibangunlah proyek penjara yang baru oleh para narapidana dan penduduk lokal dan dikenal sebagai Fremantle Prison. The Round House sendiri masih digunakan sebagai penjara sampai tahun 1886, kemudian dialihfungsikan sebagai tempat tahanan polisi sampai tahun 1900, lalu digunakan sebagai tempat tinggal perwira polisi dan keluarganya. Pemerintah Kota Fremantle kemudian mengambil alih pengelolaan The Round House sejak 1982, dan tidak lama kemudian bangunan ini dibuka untuk umum.
Fremantel Prison yang juga dikenal sebagai Fremantle Gaol tentu saja lebih besar ketimbang The Round House karena bisa menampung 800 orang. Yang dipenjara di situ adalah orang-orang buangan dari Inggris karena kejahatan mereka, para penjahat lokal, tahanan militer, orang asing, serta tawanan perang.
Menariknya, di dalam bangunan terdapat galeri seni yang memajang dan menjual lukisan para narapidana dan mantan narapidana. Selain itu, di beberapa dinding sel dijumpai lukisan seni, termasuk lukisan dari tokoh pemalsu uang James Walsh, yang lukisannya tersembunyi di balik cat putih selama berpuluh-puluh tahun. Bahkan ada juga lukisan dari seniman Dennis Nozworthy, yang juga dipenjara di sana, dan saat ini menjadi koleksi Curtin University, Perth Central Tafe, dan Departemen Kehakiman. Pada dinding sel yang lain juga tersimpan lukisan Aborigin dari beberapa seniman yang tidak dikenal. Ada seorang seniman suku Walmajjarri yang bernama Timmy Pike bahkan memulai aktivitas seninya di penjara tersebut dan mendapat beasiswa dari Steve Culley dan David Wroth karena keindahan lukisannya.
Penjara itu difungsikan sampai bulan November 1991. Para narapidana selanjutnya dipindahkan ke Penjara Casuarina, 30 kilometer di selatan Perth, dengan penjagaan yang superketat. Bekas penjara itu sekarang ramai dikunjungi para wisatawan, termasuk tur melintasi terowongan air di bawah bangunannya.
Kunjungan selanjutnya adalah ke Fremantle Market yang merupakan pasar tertua dan paling menarik di Australia Barat. Pasar tersebut dirancang dengan gaya Roma oleh arsitek HJ Eagles dan Charles Oldham. Batu pertama pembangunannya diletakkan oleh Perdana Menteri Australia Barat Sir John Forrest pada tanggal 6 November 1897, dan kemudian dibangun pada tahun 1898-1902, juga oleh para penghuni penjara.
Awalnya tempat itu merupakan pasar grosir makanan sampai dengan tahun 1950-an, kemudian berpindah tempat ke Perth Market di Wellington Street. Beranda yang asli dibongkar, dan bangunan utama pasar digunakan sebagai pusat pengepakan dan distribusi sampai dengan tahun 1970-an. Bangunannya kemudian dibiarkan tidak terpakai sampai kemudian Pemerintah Kota Fremantle merestorasinya pada tahun 1975, dan dibuka kembali pada tanggal 31 Oktober 1975. Struktur bangunan utama yang terbuat dari batu kapur masih tetap digunakan, tetapi tatanan bagian dalamnya mengalami perubahan untuk mengakomodasi kebutuhan saat ini.
Yang jelas, pasar itu menjadi bagian dari sejarah Fremantle. Desain ornamental yang terdapat pada dinding pasar menunjukkan bagaimana makmurnya kota tersebut pada zaman dulu, karena pasar itu dibangun saat terjadinya gold rush di daerah sekitarnya. Sebagian dari bangunannya terbakar pada tahun 1992, namun kemudian dibangun kembali menjadi pusat belanja buah dan sayur dengan menggunakan besi dan kayu daur ulang dari Leach Highway Wool Stores.
Sekarang, pasar yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai Freo Market, sangat menarik untuk dikunjungi, karena 150 los didalamnya menjual berbagai macam barang mulai dari makanan segar, buah, barang dari tanah liat, barang-barang unik, sampai barang antik. Pastikan kita mengunjungi tempat tersebut kalau datang ke Fremantle, sambil sekaligus mencari buah tangan unik misalnya kulit kanguru, kulit biri-biri, bunga kering, opal, kulit kerang, dan banyak lagi lainnya.
(uky)
Kota pelabuhan berjulukan Freo yang berpenduduk 26.000 jiwa itu kali pertama diduduki oleh The Swan River Colonists pada tahun 1829, dan dideklarasikan sebagai sebuah kota setahun kemudian dengan nama yang diambil dari nama Charles Fremantle, pejabat Inggris kala itu.
Di kawasan ini sangat menarik dikunjungi karena memiliki banyak peninggalan sejarah berupa 120 bangunan kuno yang masih terawat dan dilindungi sebagai warisan budaya. Kota tersebut semakin menarik karena topografinya yang berada di atas pebukitan kapur, yang oleh penduduk aslinya (masyarakat Nyungar) dinamakan Booyeembara. Adapun bagian lain yang terdiri atas tanah berpasir disebut sebagai Gardoo.
Banyak jalan bisa ditempuh bila kita hendak ke kota tersebut dan semuanya bisa diakses dengan cara yang nyaman. Bisa dengan kereta, bus, atau kapal feri. Yang paling cepat dan nyaman tentu saja perjalanan dengan kereta dari Perth Central Station dengan jarak tempuh kurang dari 30 menit. Lintasan kereta api yang dikelola oleh Transpert itu memiliki 5 jalur, dan salah satunya berujung di Fremantle.
Trayek yang umumnya disebut sebagai F-Line itu melintasi Subiaco yang terkenal dengan Sunday Market alias pasar hari Minggu. Maka kalau perjalanan kita ke Fremantle dilakukan pada hari Minggu, sayang sekali bila kita melewatkan objek yang ada di sekitar Subiaco Train Station.
Tempat itu tak hanya jadi kunjungan turis, tapi juga tujuan penduduk lokal untuk berbelanja keperluan rumah tangga, terutama buah dan sayuran. Hampir semua hasil bumi yang dijual tertulis ”buah dan sayur ini ditaman dari kebun di Western Australia”. Jadi, bisa dikatakan bahwa kecintaan penduduk terhadap produk lokal sangat tinggi. Di situ dapat pula dijumpai penjual makanan, pakaian, peralatan rumah tangga, barang seni, bunga potong, dan tukang pangkas rambut dengan biaya murah untuk kantong warga Australia, yakni sekitar 15 dolar Australia.
Kalau perut menagih diisi, atau sekadar ingin menyeruput secangkir kopi hangat, kita bisa mampir di pusat jajanan yang menawarkan berbagai makanan dan minuman dari berbagai penjuru dunia di bawah sinar mentari pagi. Ada makanan lokal, India, Italia, dan tak ketinggalan Chinese food.
Setelah puas berkeliling pasar, kita bisa melanjutkan perjalanan menuju Fremantle dengan kereta api. Tempat kunjungan pertama adalah The Round House, sebuah bangunan di Arthur Head pada puncak dan ujung High Street yang memiliki pemandangan sangat indah karena kita bisa memandang keindahan Kota Fremantle dari ketinggian dan Lautan Hindia di kejauhan.
Gedung yang lokasinya dekat dengan Fremantle Railway Station itu adalah bangunan permanen tertua di Australia Barat yang dibangun antara tahun 1830-1831 dan merupakan rancangan Henry Willey Reveley. Desain arsitekturalnya dibuat berdasarkan The Panopticon, yaitu tipe penjara sesuai rancangan Jeremy Bentham. Pada awalnya bangunan tersebut merupakan sebuah penjara bagi koloni masyarakat di sekitar Swan River yang memiliki 8 sel dan tempat tinggal penjaga penjara. Semua ruangan yang ada menghadap ke halaman tengah.
Sekitar tahun 1850, datanglah rombongan pertama narapidana dari Inggris yang terdiri dari 75 orang untuk mendukung pembentukan koloni (masyarakat) yang lebih besar. Pada saat itu, sudah jelas bahwa bangunan The Round House tidak mampu lagi untuk menampung mereka. Karena itu, dibangunlah proyek penjara yang baru oleh para narapidana dan penduduk lokal dan dikenal sebagai Fremantle Prison. The Round House sendiri masih digunakan sebagai penjara sampai tahun 1886, kemudian dialihfungsikan sebagai tempat tahanan polisi sampai tahun 1900, lalu digunakan sebagai tempat tinggal perwira polisi dan keluarganya. Pemerintah Kota Fremantle kemudian mengambil alih pengelolaan The Round House sejak 1982, dan tidak lama kemudian bangunan ini dibuka untuk umum.
Fremantel Prison yang juga dikenal sebagai Fremantle Gaol tentu saja lebih besar ketimbang The Round House karena bisa menampung 800 orang. Yang dipenjara di situ adalah orang-orang buangan dari Inggris karena kejahatan mereka, para penjahat lokal, tahanan militer, orang asing, serta tawanan perang.
Menariknya, di dalam bangunan terdapat galeri seni yang memajang dan menjual lukisan para narapidana dan mantan narapidana. Selain itu, di beberapa dinding sel dijumpai lukisan seni, termasuk lukisan dari tokoh pemalsu uang James Walsh, yang lukisannya tersembunyi di balik cat putih selama berpuluh-puluh tahun. Bahkan ada juga lukisan dari seniman Dennis Nozworthy, yang juga dipenjara di sana, dan saat ini menjadi koleksi Curtin University, Perth Central Tafe, dan Departemen Kehakiman. Pada dinding sel yang lain juga tersimpan lukisan Aborigin dari beberapa seniman yang tidak dikenal. Ada seorang seniman suku Walmajjarri yang bernama Timmy Pike bahkan memulai aktivitas seninya di penjara tersebut dan mendapat beasiswa dari Steve Culley dan David Wroth karena keindahan lukisannya.
Penjara itu difungsikan sampai bulan November 1991. Para narapidana selanjutnya dipindahkan ke Penjara Casuarina, 30 kilometer di selatan Perth, dengan penjagaan yang superketat. Bekas penjara itu sekarang ramai dikunjungi para wisatawan, termasuk tur melintasi terowongan air di bawah bangunannya.
Kunjungan selanjutnya adalah ke Fremantle Market yang merupakan pasar tertua dan paling menarik di Australia Barat. Pasar tersebut dirancang dengan gaya Roma oleh arsitek HJ Eagles dan Charles Oldham. Batu pertama pembangunannya diletakkan oleh Perdana Menteri Australia Barat Sir John Forrest pada tanggal 6 November 1897, dan kemudian dibangun pada tahun 1898-1902, juga oleh para penghuni penjara.
Awalnya tempat itu merupakan pasar grosir makanan sampai dengan tahun 1950-an, kemudian berpindah tempat ke Perth Market di Wellington Street. Beranda yang asli dibongkar, dan bangunan utama pasar digunakan sebagai pusat pengepakan dan distribusi sampai dengan tahun 1970-an. Bangunannya kemudian dibiarkan tidak terpakai sampai kemudian Pemerintah Kota Fremantle merestorasinya pada tahun 1975, dan dibuka kembali pada tanggal 31 Oktober 1975. Struktur bangunan utama yang terbuat dari batu kapur masih tetap digunakan, tetapi tatanan bagian dalamnya mengalami perubahan untuk mengakomodasi kebutuhan saat ini.
Yang jelas, pasar itu menjadi bagian dari sejarah Fremantle. Desain ornamental yang terdapat pada dinding pasar menunjukkan bagaimana makmurnya kota tersebut pada zaman dulu, karena pasar itu dibangun saat terjadinya gold rush di daerah sekitarnya. Sebagian dari bangunannya terbakar pada tahun 1992, namun kemudian dibangun kembali menjadi pusat belanja buah dan sayur dengan menggunakan besi dan kayu daur ulang dari Leach Highway Wool Stores.
Sekarang, pasar yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai Freo Market, sangat menarik untuk dikunjungi, karena 150 los didalamnya menjual berbagai macam barang mulai dari makanan segar, buah, barang dari tanah liat, barang-barang unik, sampai barang antik. Pastikan kita mengunjungi tempat tersebut kalau datang ke Fremantle, sambil sekaligus mencari buah tangan unik misalnya kulit kanguru, kulit biri-biri, bunga kering, opal, kulit kerang, dan banyak lagi lainnya.
(uky)
0 komentar:
Post a Comment
Coment dengan bahasa yang baik dan sopan yah, jangan lupa kirimkan kritik dan saran-nya, terima kasih...
**Salam Blogger**